1.1 Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau Igneous
rock adalah jenis batuan yang terbuat dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi sebagai
batuan intrusive / plutonik maupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusive /
vulkanik. Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair atau batuan yang
sudah ada, baik di mantel maupun di kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan
terjadi oleh salah satu dari proses – proses berikut : kenaikan temperature,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku
telah berhasil di deskripsikan, sebagian terbentuk di bawah permukaan kerak
bumi yaitu sekitar 75%.
1.2 Magma
Magma adalah cairan panas
yang liat yang berasal dari dalam Bumi. Magma yang muncul di permukaan Bumi
berasal dari Mantel. Di permukaan Bumi, magma membeku dan membentuk batuan yang
disebut sebagai batuan beku atau igneous rock. Oleh karena itu, magma
secara sederhana sering didefinisikan sebagai batuan cair atau molten rock.
Di permukaan Bumi, magma
muncul di tiga lokasi yaitu di daerah pemekaran lempeng, di jalur
vokanik yang berasosiasi dengan zona penunjaman lempeng, dan di daerah hot
spot yang muncul di lantai samudera. Magma yang muncul di zona pemekaran
lempeng kerak Bumi berasal dari mantel dan membeku membentuk kerak samudera. Demikian
pula magma yang muncul sebagai hot spot, berasal dari mantel. Hot spot ini di
lantai samudera membentuk gunungapi atau pulau-pulau gunungapi di tengah
samudera. Karena lempeng samudera terus bergerak, maka terbentuk deretan
pulau-pulau tengah samudera, seperti Rantai Pulau-pulau Hawai di Samudera
Pasifik.
Sementara itu, magma yang
muncul di zona penunjaman berasal dari kerak samudera yang meleleh kembali
ketika dia menunjam masuk kembali ke dalam mantel. Ketika berjalan naik ke
permukaan Bumi, magma ini juga melelehkan sebagian batuan yang diterobosnya.
Kemunculan magma ini membentuk deretan gunungapi. Di Indonesia, sebagai contoh,
deretan gunungapi seperti ini memanjang mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara
sampai ke Maluku. Di sekeliling Samudera Pasifik, deretan gunungapi ini
membentuk apa yang dikenal sebagai Ring of Fire.
Komposisi kimia magma
sangat kompleks. 99% dari magma tersusun oleh 10 unsur kimia,
yaitu Silikon (Si), Titanium (Ti), Aluminium (Al), Besi (Fe), Magmesium
(Mg), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Hidrogen (H), dan Oksigen
(O). Dengan konvensi, komposisi kimia magma dinyatakan dalam persen berat (%
berat). Dalam bentuk senyawa kimia, unsur-unsur tersebut dinyatakan dalam
bentuk SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan H2O. Tentang
kelimpahannya, secara umum, SiO2 adalah yang paling banyak, menyusun
lebih dari 50 % berat magma. Kemudian, Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun
44 % berat magma, dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan H2O menyusun 6 % berat
magma. Pada kenyataannya, kelimpahan unsur-unsur tersebut sangat bervariasi,
tergantuk pada karakter komposisi magma.
Magma yang ada dapat
dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga tipe magma, yaitu :
- Magma Basaltik (Basaltic magma) – SiO2 45-55 %berat, kandungan Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.
- Magma Andesitik (Andesitic magma) – SiO2 55-65 %berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).
- Magma Riolitik (Rhyolitic magma) – SiO2 65-75 %berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.
Tiap-tiap
magma memiliki karakteristik yang berbeda. Rangkuman dari sifat-sifat mangma
itu seperti terlihat di dalam Tabel.
Tabel.1 Tipe dan Sifat Magma
Tipe Magma
|
Batuan Beku
yang dihasilkan
|
Komposisi
Kimia
|
Temperatur
|
Viskositas
|
Kandungan Gas
|
Basaltik
|
Basalt
|
45-55 SiO2
%, kandungan Fe, Mg, dan Ca tinggi, kandungan K, dan Na rendah.
|
1000–1200 oC
|
Rendah
|
Rendah
|
Andesitik
|
Andesit
|
55-65 SiO2
%, kandungan Fe, Mg, Ca, Na, dan K menengah.
|
800 – 1000 oC
|
Menengah
|
Menengah
|
Rhyolitik
|
Rhyolit
|
65-75 SiO2
%, kandungan Fe, Mg, dan Ca rendah, kandungan K, dan Na tinggi.
|
650 – 800 oC
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Viskositas
adalah kekentalan atau kecenderungan untuk tidak mengalir. Cairan dengan
viskositas tinggi akan lebih rendah kecenderungannya untuk mengalir dari pada
cairan dengan viskositas rendah. Demikian pula halnya dengan magma. Viskositas
magma ditentukan oleh kandungan SiO2 dan temperatur magma. Makin tinggi
kandungan SiO2 maka makin rendah viskositasnya atau makin kental. Sebaliknya,
makin tinggi temperaturnya, makin rendah viskositasnya. Jadi, magma basaltik
lebih mudah mengalir daripada magma andesitik atau riolitik. Demikian pula,
magma andesitik lebih mudah mengalir dari pada magma riolitik.
Proses
pembekuan magma menjadi batuan dimulai dari pembentukan kristal-kristal
mineral. Sesuai dengan komposisi kimianya, pembentukan kristal-kristal mineral
itu terjadi pada temperatur yang berbeda-beda. Perlu dipahami bahwa dengan
terbentuknya kristal, berarti ada unsur-unsur kimia dari larutan magma yang
diambil dan diikat ke dalam kristal, sehingga kandungan unsur itu di dalam
cairan atau larutan magma berkurang. Bila kristal-kristal yang terbentuk di
dalam magma memiliki densitas lebih besar daripada magma, maka kristal-kristal
akan mengendap dan cairan akan terpisah dari kristal.. Sebaliknya bila
kristal-kristal yang terbentuk lebih rendah densitasnya dripada magma, maka kristal-kristal
akan mengapung. Bila cairan magma keluar karena tekanan, maka kristal-kristal
akan tertinggal.
Keadaan
tersebut akan merubah komposisi kimia cairan magma sisa. Apabila banyak
komposisi kimia yang berkurang dari magma awal karena pembentukan kristal-kristal
mineral, maka akan terbentuk magma baru dengan komposisi yang berbeda dari
magma awalnya. Perubahan komposisi kimia magma seperti itu disebut sebagai
diferensiasi magma oleh fraksinasi kristal (magmatic differentiation by crystal
fractionation). Proses inilah yang dapat menyebabkan magma basaltik di dalam
suatu gunungapi dapat berubah dari basaltik menjadi andesitik dan bahkan
riolitik. Perubahan komposisi magma inilah yang dapat merubah tipe erupsi suatu
gunungapi.
1.3 Lava
Lava adalah cairan larutan magma pijar yang
mengalir keluar dari dalam bumi melalui kawah gunung
berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan
yang bentuknya bermacam-macam. Bila cairan tersebut encer akan meleleh jauh
dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai melalui lembah dan membeku
menjadi batuan seperti lava ropi atau lava blok (umumnya di Indonesia
membentuk lava blok). Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh dari sumbernya
membentuk kubah
lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava tetapi suhunya
masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas guguran dari
lava. Tipe lava antara lain :
·
Pahoehoe LavaLava
pertama yang keluar dari gunung api. Viscositas tinggi, aliran lava pelan.
Lapisan akan mengeras, dan selanjutnya pecar membentuk aliran baru.
·
A’a’ Lava
Permukaan
kasar, bagian-bagian pecahan di sebut clinkers, Lava seperti pasta
kental dan clinkers berada pada bagian atas aliran lava. Dibawah lapisan ada
core yang mengalir lava kental di dalamnya.
·
Lava Flow
Merupakan aliran lava dari batuan yang melebur. Bukan dari
erupsi ekspolsif. Lava ini merusak apapun yang di lewatinya. Kecepatan aliran
tergantung bahan pembuatnya. Basalt lebih cepat, di banding yang berasal dari
andesit.
·
Lava
Fountain
Sejumlah
besar lava yang terlempar ke udara. Ketinggian bias mencapai 30 sampai 300
kaki. Lava ini tererupsi di dalam kawah, sepanjang retakan, atau dari tabung
lava.
·
Lava
Pillow
Terbentuk bila terjadi di laut. Lava mendingin cepat dan
membentuk bola-bola. Bahan dasar biasanya basalt.
·
Lava Lake
Apabila sejumlah besar lava mengalir membentuk kawah.
Ketika kumpulan lava dalam kawah mendingin dan mengering, tetap masih di sebut
kawah lava.
1.4 Deret Bowen
Seri
Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses pembentukan mineral
pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut
mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama
dalam pembentukan mineral.
Tahun
1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa mineral -
mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal
sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju
pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll).
Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat
terbentuk.
Bowen’s
Reaction Series
1.
Deret Continous
Deret
ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang
kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan
bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar,
CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C.
Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh
pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C
feldspar dengan hampir 100% natrium terbentuk.
2.
Deret Discontinous
Pada
deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral
berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan
melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral
Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C.
Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar
11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan
pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma
mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk. Sedangkan mineral –
mineral penyusun batuan beku antara lain :
·
Mineral felsik : Mineral yang bersifat asam /
nonferromagnesian silikat dan berwarna cerah, contohnya : kuarsa, plagioklas,
ortoklas, muskovit
·
Mineral mafik : Mineral yang bersifat basa /
ferromagnesian silikat dan berwarna gelap, contohnya : olivine, pyroxene,
hornblende, biotit
1.5 Tekstur Batuan Beku
Tekstur pada batuan beku
adalah sifat yang menunjukkan derajat pengkristalan, bentuk butir, ukuran
butir, dan pola susunan butir mineral – mineral di dalam massa batuan.
·
Derajat pengkristalan
a.
Holokristalin : Semuanya kristal
b.
Hipokristalin : Sebagian kristal dan sebagian
gelas vulkanik
c.
Holohialin : Semuanya gelas vulkanik
·
Bentuk kristal
a.
Euhedra : Bentuk kristal sempurna
b.
Subhedra : Bentuk kristal kurang sempurna
c.
Anhedra : Bentuk kristal tidak sempurna
·
Ukuran butir
a.
Halus : < 1 mm
b.
Sedang : 1 – 5 mm
c.
Kasar : 5 – 30 mm
d.
Sangat kasar : > 30 mm
·
Pola susunan butir
a.
Faneritik : Ukuran butir relatif seragam dan
dapat dikenali dengan mata telanjang.
b.
Faneroporfiritik :
Fenokris dan massa dasar masih dapat dikenali dengan mata telanjang.
c.
Porfiroafanitik :
Fenokris dapat dikenali dengan mata telanjang, massa dasar dapat dikenali
dengan mata telanjang.
d.
Afanitik :
Semua butir mineral halus, tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
e.
Glassy :
Semuanya gelas vulkanik.
f.
Fragmental :
Terdapat fragmen – fragmen hasil erupsi gunungapi.
1.6 Struktur Batuan Beku
1.6.1
Batuan Beku
Ekstrusif
Batuan beku
ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di permukaan
bumi dan pembekuannya sangat cepat. Batuan beku ekstrusif ini
yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai
proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya
:
a.
Masif :
Struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan yang terlihat seragam
b.
Sheeting joint :
Struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c.
Columnar joint : Struktur yang memperlihatkan batuan
terpisah polygonal seperti batang pensil
d.
Vesicular :
Struktur yang memperlihatkan lubang – lubang pada batuan beku yang terbentuk
akibat pelepasan gas pada saat pembekuan
e.
Amygdaloidal :
Struktur vesicular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti klasit,
kuarsa, zeolit.
f.
Struktur aliran :
Struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu
akibat aliran.
1.6.2
Batuan Beku
Intrusif
Batuan beku
ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah
permukaan bumi, membeku ditempat yang dalam dan pembekuan secara perlahan –
lahan. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur
tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
a.
Konkordan : Tubuh batuan intrusif yang sejajar dengan
perlapisannya disekitarnya, jenisnya adalah :
·
Sill :
Tubuh batuan yang berupa lembaran yang sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya
·
Laccolith :
Tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang
asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan batuan lain
·
Lopolith :
Bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu tubuh batuan
cembung ke bawah dan memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith
·
Paccolith :
Tubuh batuan beku yang menempati siklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya
b.
Diskordan : Tubuh batuan beku intrusif yang memotong
perlapisan batuan disekitarnya, jenisnya
adalah :
·
Dyke :
Tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk yang
tabular atau memanjang
·
Batolith :
Tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang besar
·
Stock :
Tubuh batuan yang mirip dengan batolith namun lebih kecil
Batuan Intrusif
1.7 Klasifikasi Batuan Beku
1.7.1 Berdasarkan Kandungan Silika (SiO2)
·
Batuan beku asam, kandungan SiO2 >
66%, contoh : granit, riolit
·
Batuan beku menengah, kandungan SiO2
52-66%, contoh : andesit
·
Batuan beku basa, kandungan SiO2
45-52%, contoh : gabro, basalt
·
Batuan beku ultrabasa, kandungan SiO2
<45%, contoh : piroksen
1.7.2
Berdasarkan
Susunan Mineralnya
Klasifikasi ini
sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat dengan kasat mata,
klasifikasi ini didasarkan susunan mineral dipadukan dengan tekstur.
Batuan beku berdasarkan susunan mineralnya
mkasih gan ,,, postingan batuan-beku-igneous-rock , yang bagus dan bermanfaat ini layaknya di share ajja ,, nih saya bantu ngeshare ,, ,, jgn lupa kunbal nya pulsagratisandroidku.blogspot.com terimakasih skali lagi gan , maju terus blog nya ,,, !
BalasHapus