Kamis, 08 Maret 2012

Batuan Sedimen ( Sedimentary Rock )


2.1 Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen atau Sedimentary Rock adalah batuan yang terbentuk dari proses litifikasi dari hancuran batuan lain atau dari hasil reaksi kimia / organism. Litifikasi sendiri merupakan proses perubahan material yang lepas / unconsolidated material menjadi material – material yang padat dan kompak / consolidated material.  Menurut Tucker (1991), 75 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

2.2 Tekstur Batuan Sedimen
2.2.1 Tekstur Klastik : Batuan sedimen yang terbentuk akibat adanya proses pengerjaan kembali terhadap batuan yang sudah ada. Untuk mendeskripsikan tekstur klastik, kenampakan yang perlu diperhatikan adalah ukuran butir, bentuk butir, sortasi, dan kemas.
·   Ukuran Butir : Untuk membedakan berbagai macam sedimen klastik diperlukan pengertian mengenai perbedaan ukuran butiran, dalam geologi biasa digunakan Skala Besar Butir Wenworth seperti dibawah ini


Tabel.1.Skala Besar Butir Wentworth
Ukuran Butir ( mm )
Nama Butir
> 256
Bongkah
64 – 256
Berangkal
4 – 64
Kerakal
2 – 4
Kerikil
1 – 2
Pasir sangat kasar
1/2 – 1
Pasir kasar
1/4 – ½
Pasir sedang
1/8 – ¼
Pasir halus
1/16 – 1/8
Pasir sangat halus
1/256 – 1/16
Lanau
< 1/256
Lempung

·   Bentuk Butir : Berdasarkan kebundaran / keruncingan, bentuk butir sedimen dibedakan atas 6 tingkatan dari pembulatan terendah sampai tertinggi, yaitu Sangat meruncing / menyudut (Very Angular), Meruncing / menyudut (Angular), Meruncing / menyudut tanggung (Sub-Angular), Membundar / membulat tanggung (Sub-Rounded), Membundar / membulat (Rounded), dan Sangat membundar / membulat (WellRounded).
Bentuk Butir

·   Sortasi : Keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, yang berarti semakin seragam ukuran dan besar btirnya, maka sortasinya semakin baik, begitu pula sebaliknya. Sortasi dapat dibagi menjadi :
Ø  Sortasi baik : Bila ukuran butir pada batuan sedimen tersebut seragam, hal ini biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
Ø  Sortasi sedang : Bila ukuran butir pada batuan sedimen terdapat yang seragam maupun yang tidak seragam.
Ø  Sortasi buruk : Bila ukuran butir pada batuan sedimen sangat beragam, dari halus hingga kasar dan biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.
Sortasi Butiran

·   Kemas / Fabrik : Pada batuan sedimen, kemas dapat dibagi 2, yaitu :
Ø  Kemas tertutup :  Bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported.
Ø  Kemas terbuka :  bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Kemas Pada Batuan Sedimen
Gambar diatas menunjukkan  kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.
2.2.2 Tekstur Non Klastik : Tekstur yang terbentuk oleh hasil reaksi kimia, baik anorganik maupun biologik. Pada umumnya batuan sedimen non klastik terdiri atas satu jenis mineral atau monomineralik. Pembagian jenis – jenis tekstur pada batuan sedimen non klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam – macam tekstur batuan sedimen non klastik adalah :
·         Amorf                         : Partikel – partikel pada umumnya berukuran lempung / berupa koloid, non kristalin.
·         Oolitik                         : Tersusun atas kristal – kristal yang berbentuk bulat / ellipsoid dan berkoloni / berkumpul, ukuran butirnya 0,25 – 2 mm.
·         Pisolitik                       : Memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang lebih besar, yaitu lebih dari 2 mm.
·         Sakaroidal                   : Terdiri atas butir – butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang sama besar.
·         Kristalin                      : Tersusun atas kristal – kristal yang berukuran besar
·         Ukuran butir kristal pada batuan sedimen non klastik dibedakan atas :
·         Berbutir kasar              : Dengan ukuran > 5 mm
·         Berbutir sedang           : Dengan ukuran 1 – 5 mm
·         Berbutir halus              : Dengan ukuran < 1 mm

2.3 Struktur Batuan Sedimen
Struktur pada batuan sedimen dapat dibagi menjadi :
·         Pelapisan
Suatu bidang yang terbentuk jika terdapat suatu periode singkat dimana proses deposisi (pengendapan) menjadi sedikit sekali. Dikatakan singat karena jika terlalu lama,  apalagi sampai terbentuk bidang erosi,  ini sudah menjadi ketidakselarasan atau unconformity. Bidang perlapisan ini juga bisa terbentuk kalau ada perubahan lingkungan pengendapan.
·         Laminasi
Suatu perlapisan yang sangat tipis dari beberapa mili sampai 1 cm. Ini biasa terbentuk karena adanya suplai sedimen yang sangat sedikit, contohnya endapan silica didasar laut.
Laminasi
·         Convolute Lamination
Convolute lamination adalah laminasi yang tampak terlipat. Struktur ini muncul bukan karena perlipatan akibat gaya endogen, melainkan akibat adanya arus yang mengalir disekitarnya atau akibat proses dewatering / liquefaksi (sedimen kehilangan kandungan air secara tiba – tiba akibat gangguan). Kehilangan air yang tiba – tiba ini membuat sedimen kehilangan kekuatannya. Gangguan tadi berupa stress (tekanan) yang disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya yang sering terjadi adalah gempabumi.
Convolute Lamination
·         Silang Siur / Croos Bedding
Struktur ini terbentuk jika agen transportasi sedimen berupa arus / current (bias arus sungai, arus laut, angin dll.). Struktur ini sangat disukai oleh para ahli geologi karena berguna untuk menentukan paleocurrent atau arus purba.
Silang Siur / Cross Bedding
·         Mud Cracks
Permukaan lumpur yang mongering sampai retak – retak karena disinari matahari. Jika tidak terjadi pembalikan lapisan, biasanya tampak samping mud cracks berbentuk trapezium dengansisi atas lebih pendek dari sisi bawahnya. Karena itu lapisan bawah dan atasnya dapat diketahui.
Mud Cracks
·         Ripple Marks
Ripple marks ini sama dengan croos bedding, disebabkan oleh arus. Bedanya, ripple marks hanya bentukan yang ada di permukaan lapisan sedimen. Struktur ini juga menandakan arus purba.
Ripple Marks
·         Channel
Struktur yang terbentuk sepanjang jalur transportasi sedimen dan air yang mengalir dalam waktu yang lama, dengan kata lain channel ini adalah sungai purba. Struktur ini berskala meter sampai kilometer dan dapat menunjukkan bagian atas dan bawah, karena bagian dasar sungai mempunyai bentuk yang khas.
Channel
·         Flute Cast
Struktur sedimen yang terjadi akibat material – material yang dibawa arus menggerus bagian dasar sungai. Arus sungai mempunyai arah menuju ke bagian yang memanjang. Dengan kata lain, struktur ini juga penentu paleocurrent. Karena struktur ini hanya ada dibagian dasar suatu tubuh arus dan bagian yang menggembung selalu dibawah, maka flute cast mampu dalamenentukan bagian atas dan bawah perlapisan sedimen.
Flute Cast
·         Flame Structure / Check
Struktur ini dinamai flame strcture karena kenampakannya menyerupai lidah api yang menjilat – jilat keatas. Flame structure terbentuk saat suatu lapisan mudstone berada dibawah lapisan batupasir. Batupasir ini membebani mudstone yang lemah, sehingga sedikit massa mudstone dibawah “muncrat” ke atas dan membentuk “lidah”.
Flame Structure
·         Gradasi
Struktur ini dicirikan oleh perubahan tekstur batuan secara perlahan – lahan dari atas kebawah. Gradasi normal mempunyai kenampakan makin ke bawah ukuran butir makin besar. Biasanya, proses sedimentasi normal akan menempatkan butir - butir paling kasar di bagian terbawah lapisan yang kemudian lapisan halus ke atas. Atas dasar inilah gradasi dapat digunakan sebagai penciri top and bottom lapisan batuan.  Tetapi, pada beberapa kasus tertentu bisa juga terbentuk Gradasi Terbalik atau Reverse Grading, karena itu perlu berhati-hati jika memakai dasar gradasi sebagai acuan top bottom.
Gradasi
·         Lenticular Bedding
Struktur yang perlapisanya berbentuk “melensa” yaitu semakin ke tepian, lapisan semakin tipis. Lenticular bedding menandakan lingkungan yang didominasi gelombang pasang surut (tidal).
Lenticular Bedding
·         Ball and Pillow Structure
Struktur ini biasanya terjadi jika ada selapis sedimen pasir berada diantara sedimen lumpur. Sedimen – sedimen pasir tampak terpecah – pecah sehingga menyerupai bantal. Diperkirakan penyebabnya akibat peristiwa gempa atau tingginya tingkat sedimentasi sehingga mengganggu stabilitas perlapisan.
Ball and Pillow Structure
·         Struktur Berfosil
Struktur ini terjadi karena banyaknya fosil sebagai penyusun utama batuan tesebut

Batuan Beku ( Igneous Rock )

1.1  Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau Igneous rock adalah jenis batuan yang terbuat dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi sebagai batuan intrusive / plutonik maupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusive / vulkanik. Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair atau batuan yang sudah ada, baik di mantel maupun di kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses – proses berikut : kenaikan temperature, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil di deskripsikan, sebagian terbentuk di bawah permukaan kerak bumi yaitu sekitar 75%.

1.2  Magma
Magma adalah cairan panas yang liat yang berasal dari dalam Bumi. Magma yang muncul di permukaan Bumi berasal dari Mantel. Di permukaan Bumi, magma membeku dan membentuk batuan yang disebut sebagai batuan beku atau igneous rock. Oleh karena itu, magma secara sederhana sering didefinisikan sebagai batuan cair atau molten rock.
Di permukaan Bumi, magma muncul di tiga lokasi yaitu di daerah pemekaran lempeng, di jalur vokanik yang berasosiasi dengan zona penunjaman lempeng, dan di daerah hot spot yang muncul di lantai samudera. Magma yang muncul di zona pemekaran lempeng kerak Bumi berasal dari mantel dan membeku membentuk kerak samudera. Demikian pula magma yang muncul sebagai hot spot, berasal dari mantel. Hot spot ini di lantai samudera membentuk gunungapi atau pulau-pulau gunungapi di tengah samudera. Karena lempeng samudera terus bergerak, maka terbentuk deretan pulau-pulau tengah samudera, seperti Rantai Pulau-pulau Hawai di Samudera Pasifik.
Sementara itu, magma yang muncul di zona penunjaman berasal dari kerak samudera yang meleleh kembali ketika dia menunjam masuk kembali ke dalam mantel. Ketika berjalan naik ke permukaan Bumi, magma ini juga melelehkan sebagian batuan yang diterobosnya. Kemunculan magma ini membentuk deretan gunungapi. Di Indonesia, sebagai contoh, deretan gunungapi seperti ini memanjang mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara sampai ke Maluku. Di sekeliling Samudera Pasifik, deretan gunungapi ini membentuk apa yang dikenal sebagai Ring of Fire.
Komposisi kimia magma sangat kompleks. 99% dari magma tersusun oleh 10 unsur kimia, yaitu Silikon (Si), Titanium (Ti), Aluminium (Al), Besi (Fe), Magmesium (Mg), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Dengan konvensi, komposisi kimia magma dinyatakan dalam persen berat (% berat). Dalam bentuk senyawa kimia, unsur-unsur tersebut dinyatakan dalam bentuk SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan H2O. Tentang kelimpahannya, secara umum,  SiO2 adalah yang paling banyak, menyusun lebih dari 50 % berat magma. Kemudian,  Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun 44 % berat magma, dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan H2O menyusun 6 % berat magma. Pada kenyataannya, kelimpahan unsur-unsur tersebut sangat bervariasi, tergantuk pada karakter komposisi magma.
Magma yang ada dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga tipe magma, yaitu :
  1. Magma Basaltik (Basaltic magma) – SiO2 45-55 %berat, kandungan Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.
  2. Magma Andesitik (Andesitic magma) – SiO2 55-65 %berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).
  3. Magma Riolitik (Rhyolitic magma) – SiO2 65-75 %berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.
Tiap-tiap magma memiliki karakteristik yang berbeda. Rangkuman dari sifat-sifat mangma itu seperti terlihat di dalam Tabel.
Tabel.1 Tipe dan Sifat Magma
Tipe Magma
Batuan Beku yang dihasilkan
Komposisi Kimia
Temperatur
Viskositas
Kandungan Gas
Basaltik
Basalt
45-55 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, dan Ca tinggi, kandungan K, dan Na rendah.
1000–1200 oC
Rendah
Rendah
Andesitik
Andesit
55-65 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, Ca, Na, dan K menengah.
800 – 1000 oC
Menengah
Menengah
Rhyolitik
Rhyolit
65-75 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, dan Ca rendah, kandungan K, dan Na tinggi.
650 – 800 oC
Tinggi
Tinggi

Viskositas adalah kekentalan atau kecenderungan untuk tidak mengalir. Cairan dengan viskositas tinggi akan lebih rendah kecenderungannya untuk mengalir dari pada cairan dengan viskositas rendah. Demikian pula halnya dengan magma. Viskositas magma ditentukan oleh kandungan SiO2 dan temperatur magma. Makin tinggi kandungan SiO2 maka makin rendah viskositasnya atau makin kental. Sebaliknya, makin tinggi temperaturnya, makin rendah viskositasnya. Jadi, magma basaltik lebih mudah mengalir daripada magma andesitik atau riolitik. Demikian pula, magma andesitik lebih mudah mengalir dari pada magma riolitik.
Proses pembekuan magma menjadi batuan dimulai dari pembentukan kristal-kristal mineral. Sesuai dengan komposisi kimianya, pembentukan kristal-kristal mineral itu terjadi pada temperatur yang berbeda-beda. Perlu dipahami bahwa dengan terbentuknya kristal, berarti ada unsur-unsur kimia dari larutan magma yang diambil dan diikat ke dalam kristal, sehingga kandungan unsur itu di dalam cairan atau larutan magma berkurang. Bila kristal-kristal yang terbentuk di dalam magma memiliki densitas lebih besar daripada magma, maka kristal-kristal akan mengendap dan cairan akan terpisah dari kristal.. Sebaliknya bila kristal-kristal yang terbentuk lebih rendah densitasnya dripada magma, maka kristal-kristal akan mengapung. Bila cairan magma keluar karena tekanan, maka kristal-kristal akan tertinggal.
Keadaan tersebut akan merubah komposisi kimia cairan magma sisa. Apabila banyak komposisi kimia yang berkurang dari magma awal karena pembentukan kristal-kristal mineral, maka akan terbentuk magma baru dengan komposisi yang berbeda dari magma awalnya. Perubahan komposisi kimia magma seperti itu disebut sebagai diferensiasi magma oleh fraksinasi kristal (magmatic differentiation by crystal fractionation). Proses inilah yang dapat menyebabkan magma basaltik di dalam suatu gunungapi dapat berubah dari basaltik menjadi andesitik dan bahkan riolitik. Perubahan komposisi magma inilah yang dapat merubah tipe erupsi suatu gunungapi.

1.3  Lava
Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi atau lava blok (umumnya di Indonesia membentuk lava blok). Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh dari sumbernya membentuk kubah lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava tetapi suhunya masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas guguran dari lava. Tipe lava antara lain :
·         Pahoehoe LavaLava pertama yang keluar dari gunung api. Viscositas tinggi, aliran lava pelan. Lapisan akan mengeras, dan selanjutnya pecar membentuk aliran baru.
·         A’a’ Lava
Permukaan kasar, bagian-bagian pecahan di sebut clinkers, Lava seperti pasta kental dan clinkers berada pada bagian atas aliran lava. Dibawah lapisan ada core yang mengalir lava kental di dalamnya.
·         Lava Flow
Merupakan aliran lava dari batuan yang melebur. Bukan dari erupsi ekspolsif. Lava ini merusak apapun yang di lewatinya. Kecepatan aliran tergantung bahan pembuatnya. Basalt lebih cepat, di banding yang berasal dari andesit.

·         Lava Fountain
Sejumlah besar lava yang terlempar ke udara. Ketinggian bias mencapai 30 sampai 300 kaki. Lava ini tererupsi di dalam kawah, sepanjang retakan, atau dari tabung lava.
·         Lava Pillow
Terbentuk bila terjadi di laut. Lava mendingin cepat dan membentuk bola-bola. Bahan dasar biasanya basalt.
·         Lava Lake
Apabila sejumlah besar lava mengalir membentuk kawah. Ketika kumpulan lava dalam kawah mendingin dan mengering, tetap masih di sebut kawah lava.

1.4  Deret Bowen
Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa mineral - mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk.

Bowen’s Reaction Series

1.      Deret Continous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hampir 100% natrium terbentuk.
2.      Deret Discontinous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk. Sedangkan mineral – mineral penyusun batuan beku antara lain :
·         Mineral felsik : Mineral yang bersifat asam / nonferromagnesian silikat dan berwarna cerah, contohnya : kuarsa, plagioklas, ortoklas, muskovit
·         Mineral mafik : Mineral yang bersifat basa / ferromagnesian silikat dan berwarna gelap, contohnya : olivine, pyroxene, hornblende, biotit

1.5  Tekstur Batuan Beku
Tekstur pada batuan beku adalah sifat yang menunjukkan derajat pengkristalan, bentuk butir, ukuran butir, dan pola susunan butir mineral – mineral di dalam massa batuan.
·         Derajat pengkristalan
a.       Holokristalin               : Semuanya kristal
b.      Hipokristalin               : Sebagian kristal dan sebagian gelas vulkanik
c.       Holohialin                   : Semuanya gelas vulkanik
·         Bentuk kristal
a.       Euhedra                       : Bentuk kristal sempurna
b.      Subhedra                     : Bentuk kristal kurang sempurna
c.       Anhedra                      : Bentuk kristal tidak sempurna
·         Ukuran butir
a.       Halus                           : < 1 mm
b.      Sedang                                    : 1 – 5 mm
c.       Kasar                           : 5 – 30 mm
d.      Sangat kasar                : > 30 mm
·         Pola susunan butir
a.       Faneritik                      : Ukuran butir relatif seragam dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
b.      Faneroporfiritik           : Fenokris dan massa dasar masih dapat dikenali dengan mata telanjang.
c.       Porfiroafanitik             : Fenokris dapat dikenali dengan mata telanjang, massa dasar dapat dikenali dengan mata telanjang.
d.      Afanitik                       : Semua butir mineral halus, tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
e.       Glassy                         : Semuanya gelas vulkanik.
f.       Fragmental                  : Terdapat fragmen – fragmen hasil erupsi gunungapi.

1.6  Struktur Batuan Beku
1.6.1        Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di permukaan bumi dan pembekuannya sangat cepat. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya :
a.       Masif               : Struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan yang terlihat seragam
b.      Sheeting joint  : Struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c.       Columnar joint : Struktur yang memperlihatkan batuan terpisah polygonal seperti batang pensil
d.      Vesicular         : Struktur yang memperlihatkan lubang – lubang pada batuan beku yang terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan
e.       Amygdaloidal : Struktur vesicular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti klasit, kuarsa, zeolit.
f.       Struktur aliran : Struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
1.6.2        Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi, membeku ditempat yang dalam dan pembekuan secara perlahan – lahan. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
a.       Konkordan : Tubuh batuan intrusif yang sejajar dengan perlapisannya disekitarnya, jenisnya adalah :
·         Sill             : Tubuh batuan yang berupa lembaran yang sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya
·         Laccolith   : Tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan batuan lain
·         Lopolith    : Bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu tubuh batuan cembung ke bawah dan memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith
·         Paccolith   : Tubuh batuan beku yang menempati siklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya
b.      Diskordan : Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya,  jenisnya adalah :
·         Dyke         : Tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk yang tabular atau memanjang
·         Batolith     : Tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar
·         Stock         : Tubuh batuan yang mirip dengan batolith namun lebih kecil

Batuan Intrusif
1.7  Klasifikasi Batuan Beku
1.7.1     Berdasarkan Kandungan Silika (SiO2)
·      Batuan beku asam, kandungan SiO2 > 66%, contoh : granit, riolit
·      Batuan beku menengah, kandungan SiO2 52-66%, contoh : andesit
·      Batuan beku basa, kandungan SiO2 45-52%, contoh : gabro, basalt
·      Batuan beku ultrabasa, kandungan SiO2 <45%, contoh : piroksen
1.7.2        Berdasarkan Susunan Mineralnya
Klasifikasi ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat dengan kasat mata, klasifikasi ini didasarkan susunan mineral dipadukan dengan tekstur.
Batuan beku berdasarkan susunan mineralnya